Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2010
Balada lalat-lalat liar Sang Pecundang lalat-lalat itu bermesraan di halaman kesengsaraan,,, bercumbu dalam terangnya malam yang dengan terpaksa,,,,                           ahhhh,,,kelamin-kelamin yang indah                           dengan eraman manja, mereka melompat          berdansa-dansi di atas tumpukan mayat          seakan tak peduli akan sekeliling,,                              mereka bercumbu dalam aroma busuknya kehidupan                              lalat-lalat liar yang rindu kehangatan. Serang, 16 desember 2010 pkl 00:14

Sam

Nyanyian Sepi Sam Tetesan air menusuk kedalam tubuhku terjangan angin menyusup masuk kedalam celah hatiku tubuh ini terbujur kaku menentang malam kilatan cahaya diikuti gemuruh memecahkan diamku , begitu dahsyat hingga waktupun terhenti oh..malam tubuh ini seperti takbernyawa hati ini merintih karenanya , dan rindu ini menanti hadirnya malam yang terasa menyakitkan ini harus aku lewati ja uh hati yang tersayat ini harus aku obati , dan cintamu ini harus ku jaga sampai mati sampaikan padanya aku menunggunya dalam ruang rinduku.

sampah-sampah @ fakultas teknik

Gambar

monolog PENJARA yang disadur dari cerpen PENJARA karya Moh Wan Anwar

Penjara Monolog yang disadap dari cerpen Penjara, karya Moh.Wan Anwar (alm) Aku berdiri di luar pagar. Memandang pintu rumah yang baru saja dikunci. Langit bersih. Di ufuk barat mega-mega tersapu sinar matahari yang tenggelam. Dua perempuan yang kucintai, hari ini telah menjadi jasad oleh tanganku sendiri. Aku, lelaki malang, telah membunuh mereka dengan satu harapan: terbebas dari kekacauan yang selama ini bercokol di jiwaku. Aku kini siap menyerahkan diri kepada polisi. Aku akan sangat bahagia bila kelak pengadilan memvonisku dengan hukuman mati atau seumur hidup. Tuhan, berikan kebahagian itu sebagai kebahagiaan terakhir di dunia, gumamku. Aku tatap lagi pintu yang terkunci, Aku amati suasana sekeliling, tembok rumah yang seakan menahan nafas. Akhirnya dengan tegap aku tinggalkan rumah itu, menjauh, menjauh, menuju kantor polisi. Di dalam rumah, tepatnya diruang tengah, dua mayat perempuan tergolek. Mayat pertama : perempuan cantik, kira-kira

Demokrasi (Putu Wijaya)

DEMOKRASI Monolog Putu Wijaya (adegan 1)                    (DAPAT DIMAINKAN OLEH LELAKI MAUPUN PEREMPUAN) SEORANG WARGA DESA TANG TANAHNYA KENA GUSUR MEMBAWA PELAKAT BERISI TULISAN DEMOKRASI.SETELAH MEMANDANG DAN PENONTON SIAP MENDENGAR ,IA BERBICARA LANGSUNG Saya mencintai demokrasi. Tapi karena saya rakyat kecil, saya tidak kelihatan sebagai pejuang, apalagi pahlawan. Nama saya tak pernah masuk  Koran. Potret saya tak jadi tontonan orang. Saya hanya berjuang dilingkungan RT gang Gugus Depan. Di RT yang saya pimpin itu, seluruh warga pra demokrasi. Dengan beringas mereka akan berkoar kalau ada yang anti pada demokrasi. Dengan gampang saya bisa mengarahkan mereka untuk maju demi mempertahankan demokrasi. Semua kompak kalau sudah membela demokrasi. (adegan 2)           MENGACUNGKAN PLAKATNYA. Demokrasi! TERDENGAR  SERUAN  WARGA  BERSEMANGAT  MENYAMBUT: DEMOKRASI! Demokrasi! SERUAN LEBIH HANGAT LAGI: Demokrasi! (adegan 3) SERUAN GENAP GEMPITA: