Penjara Monolog yang disadap dari cerpen Penjara, karya Moh.Wan Anwar (alm) Aku berdiri di luar pagar. Memandang pintu rumah yang baru saja dikunci. Langit bersih. Di ufuk barat mega-mega tersapu sinar matahari yang tenggelam. Dua perempuan yang kucintai, hari ini telah menjadi jasad oleh tanganku sendiri. Aku, lelaki malang, telah membunuh mereka dengan satu harapan: terbebas dari kekacauan yang selama ini bercokol di jiwaku. Aku kini siap menyerahkan diri kepada polisi. Aku akan sangat bahagia bila kelak pengadilan memvonisku dengan hukuman mati atau seumur hidup. Tuhan, berikan kebahagian itu sebagai kebahagiaan terakhir di dunia, gumamku. Aku tatap lagi pintu yang terkunci, Aku amati suasana sekeliling, tembok rumah yang seakan menahan nafas. Akhirnya dengan tegap aku tinggalkan rumah itu, menjauh, menjauh, menuju kantor polisi. Di dalam rumah, tepatnya diruang tengah, dua mayat perempuan tergolek. Mayat pertama : perempuan cantik, kira-kira
Komentar
Posting Komentar