Langkah, Boleh Rehat ?





Setiap langkah adalah pertaruhan hidup. Itulah yang aku tanamkan dalam setiap langkah ku. Pada tanggal 12 November aku menaruhkan langkahku di bandara Kualanamu, Sumatera Utara. Untuk apa ? Untuk sebuah keabadian. Bukankah tidak ada yang abadi ? Ada. Kata Pak Sapardi, yang abadi itu kita sementara yang fana itu waktu. Karena Kita adalah konsep yang selamanya akan terlibat adu jotos, sementara kamu dan aku yang mati. Kira-kira begitu sedikit naskah dari Resiprokal.

Semua kegelisahan aku dan teman-teman rasakan akhirnya dipertaruhkan dalam langkah-langkah suci di Medan. Setiap canda, doa, nafas, sedikit haru harus bersatu demi apa yang langkah kita pijaki berbuah hasil yang manis. Ajang Festival Teater Mahasiswa Nasional IX Medan menjadi saksi langkah yang kita langkahi satu persatu. Entah kemana dan harapan akan selalu tertuju pada kebahagian sementara terbentur adalah kegiatan setiap hari. Yang berani mempertaruhkan akan memenangkan, begitulah kata Bung Sjahrir. Langkah di Medan adalah melanjutkan langkah-langkah yang sudah dilalui berbulan-bulan. Pada titik puncaknya duar.. kami berhenti melangkah istirahat sejenak. Meratapi hampir setiap langkah yang kami lalui. Matahari terbenam bersama amin yang bergumam disetiap bibir gelisah kami.

Tanggal itu tanggal 19 November yang menjadi langkah-langkah ekstrem. Ada yang jatuh, ada yang berdiri sementara tik-tok jam tiada pernah berhenti dan waktu ada yang membunuh. Semua kaget, dan si X pada saat itu menyatakan waktu terbunuh dua kali membuat si Y bingung. Penonton bingung. Langkah kita semakin bingung setelah semua penonton masuk ketas panggung dan memberi jabatan tangan yang berharga. Memang semua lega, tapi pertaruhan tetap berlangsung dalam setiap langkah kebahagiaan diatas panggung. Lampu padam, semua menghilang sampai hening.

 
Dalam kebingungan, semua langkah kembali memutuskan untuk bertaruh. Sampai pada malam dianugerahinya penghargaan kepada UKM Teater Kafe Ide yang meraih penghargaan sebagai aktor terbaik. Dan empat nominasi yang menjadikan langkah yang dipertaruhkan tidak sia-sia.

Langkah, akan selamanya bertaruh. Entah kemana dia akan istirahat. Seperti menunggu Godot, langkah tidak akan pernah tau kapan memutuskan untuk berhenti. Sementara kamu dan aku yang mati.

(Irfan Suparman)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

naskah MONUmen

monolog PENJARA yang disadur dari cerpen PENJARA karya Moh Wan Anwar

TEATER KAFE IDE DI TAHUN 2013